Sebuah Fase: Ibu Baru

Arsip Cerita, Arsip Ibu

 

Pernah lihat di sosmed seorang ibu bersliweran update status dan celoteh tentang anaknya?

Atau,

Foto-foto anaknya dengan berbagai pose menggemaskan? Sedang tertawa, sedang bisa ini, sedang melakukan itu, bahkan saat anaknya sedang tidak melakukan apapun.

Atau,

Pernah lihat seorang ibu muda bercerita panjang lebar dengan mendetail dan berbinar-binar tentang buah hatinya. Semua yang terhebat.

Hmm.. kalau belum pernah lihat, boleh lihat facebook saya, timeline twitter saya dan tanyakan pada teman-teman dekat saya… 😀

Karena ya! Yes!!!
Saya sedang (pernah) melewati sebuah fase yang bernama: Ibu Baru.

Sebelum saya punya permata hati bernama Ilan, lebih dari sekali, ketika saya membaca fb teman yang sudah punya buah hati dan bercerita panjang lebar tentang buah hatinya kadang terlintas pikiran yang keji lalu mbatin: “aduuuuh cerita anak melulu” atau yang lebih kejam “ih norak deh”. Muahahahhaha.

Yaaaaak! Akhirnya saya termakan batinan-batinan saya sendiri.

Setelah saya resapi dan amati, fenomena itu adalah sebuah sebuah fase. Awalnya saya sebut sebagai sindrom. Namun saya rasa fase lebih tepat. Fase artinya pasti akan dilewati oleh setiap perempuan yang menjadi ibu. Ada yg melewati fase ini dengan elegan, kalem dan berkelas. Tapi tidak sedikit yang melewati fase ini dengan gegap gempita, berisik dan norak. Dan saya adalah contoh untuk jenis kedua.

Fase ibu baru ini akan diawali dengan fase ibu hamil. Saya, sebagai contoh yang norak, saat mulai hamil, saya rajin browsing-browsing tentang kehamilan lalu membagi kepada teman-teman di sekitar (berasa paling tahu hahaha). Bercerita tentang apa yang saya rasakan tanpa diminta. Membagi cerita setiap kali habis kontrol ke dsog. Berceloteh dengan riang gembira tentang rencana melahirkan yang ideal dan masa kini #krik. Melibatkan teman-teman di grup whatsapp dalam pemilihan nama anak. Hahaha.. norak dan sok iye sekaliiiii.

Setelah Ilan lahir, fase ibu baru pun dimulai. Setiap hari saya selalu mengabadikan keseharian Ilan dalam foto, dalam status fb, dalam blog, dalam segala hal. Mengabarkan hari ini Ilan begini, Ilan begitu, Ilan bisa ini, Ilan bisa itu. Kalaupun ngga bicara (menulis) tentang anak, saya akan membahas tentang menyusui, tentang kegalauan saya kalo ASIP terbuang, tentang apa saja yang ada kaitannya dengan motherhood yang saya alami. Norak dan sok iye.

Saya juga aktif hang out di forum emak-emak muda. Ikut seminar ini itu. Piawai berteori tentang parenting yang ideal dan modern (Hahaha… saya geli sendiri membayangkan tingkah laku saya). Saya hafal di luar kepala siapa-siapa dokter anak yang sedang hits. Jenis makanan apa yang paling oke buat Ilan. Teori-teori apa yang paling keren buat Ilan. Padahal sih prakteknya amburadul 😛 .

But hey, sekali lagi, itu adalah fase, yang saya (pilih) lewati dengan bahagia, norak dan sok iye.

Sekarang saya tidak lagi mbatin yang aneh-aneh saat membaca tulisan teman (yang melulu) tentang anaknya. Saya tidak lagi risih mendengarkan rekan-rekan saya menikmati indah dan bahagianya menjadi ibu baru. Saya ikut menyimak bila ada teman yang berbagi tentang ilmu per-emak-an yang baru dipelajarinya. Saya membuka hati untuk ibu baru.

Dulu, ketika ada teman saya yang sedang mengalami fase ibu baru bercerita berapi-api tentang anaknya, saya akan balas bercerita berkilat-kilat tentang Ilan. Hahaha.. ibu baru bertemu ibu baru. Sangat dekat kepada jurang persaingan. Malah kadang nyamber tanpa diminta 😉 . Contoh:

Teman update status: “Alhamdulillah, si A sudah bisa tengkurep”

Saya nyamber komen :
“Ilan juga, umur segitu udah bisa tengkurep”

😀

Wow! Perkembangan jaman ya mak. Mungkin jaman dulu menjadi ibu lebih ayem karena ngga usah rempong update di sosmed hihihi.

Tapi itu dulu.

Sekarang, saya akan ikut excited dan berbinar-binar mendengarkan cerita teman-teman saya. Saya ikut bahagia. Ikut tertawa, ikut merasakan. Berkomentar bila perlu dan diminta. Saya menahan diri tidak berusaha menyaingi kisahnya dengan kisah Ilan. Sebab saya tahu, yang mereka (dan saya) butuhkan adalah telinga berhati.  Ibu baru butuh tempat berbagi tentang kebahagiaan yang tidak terkira besarnya. Ibu baru perlu melepaskan energi, atas cinta meletup-letup yang dirasakannya.

Karena,
Saya pun seperti itu. Dan saya bahagiaaaaa sekali bila ada teman yang ikut berbahagia untuk saya. Cukup ikut berbahagia.

Yuk, kita sediakan hati untuk para ibu yang sedang mengagumi keajaiban yang dialaminya. Stop judging dan berusaha menyaingi kisahnya. Biarkan mereka mendapatkan momennya. Seperti juga kita, yang pernah menjadi ibu baru.

Salam Ibu Baru!!!

Ps: sepertinya, fase ibu baru ini akan berlangsung selamanya bagi sebagian orang, setidaknya bagi saya. Bagaimana tidak, setiap hari adaaaaaaa saja hal baru hihihi.. dan saya akan selamanya bahagia lagi norak melihat perkembangan Ilan (dan adik-adiknya nanti), setiap saat, setiap waktu, selamanya.

P U T R I,
Selamanya Ibu Baru untuk Ilan

Advertisement