Tidak Terjadi Begitu Saja

Arsip AAS, Arsip Cerita, Arsip Ibu

Ehm. Judulnya sok2an misterius. Hahahaha…

Tulisan berikut ini adalah utang saya pada diri saya sendiri, yang sudah lama terbengkalai, baru mulai dicicil (bayarnya kredit). Jadi ceritanya beberapa waktu lalu saya berjanji (pada diri saya sendiri) akan mendokumentasikan perjalanan saya dan suami dalam mengejar salah satu mimpi kami, menuntut ilmu ke negeri sebrang (asiiik). Melalui tulisan, setidaknya saya bisa membagi sedikit informasi, mengobarkan secuil motivasi, syukur-syukur bisa menginspirasi.

Jujur, pengennya sih ceritanya step by step. Jadi tiap tahapannya diceritakan gitu biar banyak serinya 😀 . Tapi sayang, disiplin dan prosedural itu bukan saya banget, itu suami saya banget hahaha.

Ceritanya berawal sekitar Maret 2013. Waktu itu suami saya sedang berusaha upgrade nilai TOEFL ITPnya untuk daftar beasiswa S2 ke New Zealand. Buat yang belum tahu, suami saya itu peneliti yang (konon) dituntut untuk terus memperdalam keahlian di bidang yang digelutinya. Kebanyakan, senior-senior di kantornya itu melanjutkan sekolah ke luar negeri lewat beasiswa. Ah, siapa coba yang ngga pengen.

Suami tercinta saya ini super duper pinter, hanya saja kemampuan bahasa inggrisnya memang masih perlu diasah. Kalo saya, super duper pinter sih ngga, tapi lumayan laaah bahasa inggrisnya, tinggal dipoles (hahaha.. sama aja!).

Advertisement

Sebuah Fase: Ibu Baru

Arsip Cerita, Arsip Ibu

 

Pernah lihat di sosmed seorang ibu bersliweran update status dan celoteh tentang anaknya?

Atau,

Foto-foto anaknya dengan berbagai pose menggemaskan? Sedang tertawa, sedang bisa ini, sedang melakukan itu, bahkan saat anaknya sedang tidak melakukan apapun.

Atau,

Pernah lihat seorang ibu muda bercerita panjang lebar dengan mendetail dan berbinar-binar tentang buah hatinya. Semua yang terhebat.

Hmm.. kalau belum pernah lihat, boleh lihat facebook saya, timeline twitter saya dan tanyakan pada teman-teman dekat saya… 😀

Karena ya! Yes!!!
Saya sedang (pernah) melewati sebuah fase yang bernama: Ibu Baru.

Sebelum saya punya permata hati bernama Ilan, lebih dari sekali, ketika saya membaca fb teman yang sudah punya buah hati dan bercerita panjang lebar tentang buah hatinya kadang terlintas pikiran yang keji lalu mbatin: “aduuuuh cerita anak melulu” atau yang lebih kejam “ih norak deh”. Muahahahhaha.

Yaaaaak! Akhirnya saya termakan batinan-batinan saya sendiri.

Setelah saya resapi dan amati, fenomena itu adalah sebuah sebuah fase. Awalnya saya sebut sebagai sindrom. Namun saya rasa fase lebih tepat. Fase artinya pasti akan dilewati oleh setiap perempuan yang menjadi ibu. Ada yg melewati fase ini dengan elegan, kalem dan berkelas. Tapi tidak sedikit yang melewati fase ini dengan gegap gempita, berisik dan norak. Dan saya adalah contoh untuk jenis kedua.

Fase ibu baru ini akan diawali dengan fase ibu hamil. Saya, sebagai contoh yang norak, saat mulai hamil, saya rajin browsing-browsing tentang kehamilan lalu membagi kepada teman-teman di sekitar (berasa paling tahu hahaha). Bercerita tentang apa yang saya rasakan tanpa diminta. Membagi cerita setiap kali habis kontrol ke dsog. Berceloteh dengan riang gembira tentang rencana melahirkan yang ideal dan masa kini #krik. Melibatkan teman-teman di grup whatsapp dalam pemilihan nama anak. Hahaha.. norak dan sok iye sekaliiiii.

Setelah Ilan lahir, fase ibu baru pun dimulai. Setiap hari saya selalu mengabadikan keseharian Ilan dalam foto, dalam status fb, dalam blog, dalam segala hal. Mengabarkan hari ini Ilan begini, Ilan begitu, Ilan bisa ini, Ilan bisa itu. Kalaupun ngga bicara (menulis) tentang anak, saya akan membahas tentang menyusui, tentang kegalauan saya kalo ASIP terbuang, tentang apa saja yang ada kaitannya dengan motherhood yang saya alami. Norak dan sok iye.

Saya juga aktif hang out di forum emak-emak muda. Ikut seminar ini itu. Piawai berteori tentang parenting yang ideal dan modern (Hahaha… saya geli sendiri membayangkan tingkah laku saya). Saya hafal di luar kepala siapa-siapa dokter anak yang sedang hits. Jenis makanan apa yang paling oke buat Ilan. Teori-teori apa yang paling keren buat Ilan. Padahal sih prakteknya amburadul 😛 .

But hey, sekali lagi, itu adalah fase, yang saya (pilih) lewati dengan bahagia, norak dan sok iye.

Sekarang saya tidak lagi mbatin yang aneh-aneh saat membaca tulisan teman (yang melulu) tentang anaknya. Saya tidak lagi risih mendengarkan rekan-rekan saya menikmati indah dan bahagianya menjadi ibu baru. Saya ikut menyimak bila ada teman yang berbagi tentang ilmu per-emak-an yang baru dipelajarinya. Saya membuka hati untuk ibu baru.

Dulu, ketika ada teman saya yang sedang mengalami fase ibu baru bercerita berapi-api tentang anaknya, saya akan balas bercerita berkilat-kilat tentang Ilan. Hahaha.. ibu baru bertemu ibu baru. Sangat dekat kepada jurang persaingan. Malah kadang nyamber tanpa diminta 😉 . Contoh:

Teman update status: “Alhamdulillah, si A sudah bisa tengkurep”

Saya nyamber komen :
“Ilan juga, umur segitu udah bisa tengkurep”

😀

Wow! Perkembangan jaman ya mak. Mungkin jaman dulu menjadi ibu lebih ayem karena ngga usah rempong update di sosmed hihihi.

Tapi itu dulu.

Sekarang, saya akan ikut excited dan berbinar-binar mendengarkan cerita teman-teman saya. Saya ikut bahagia. Ikut tertawa, ikut merasakan. Berkomentar bila perlu dan diminta. Saya menahan diri tidak berusaha menyaingi kisahnya dengan kisah Ilan. Sebab saya tahu, yang mereka (dan saya) butuhkan adalah telinga berhati.  Ibu baru butuh tempat berbagi tentang kebahagiaan yang tidak terkira besarnya. Ibu baru perlu melepaskan energi, atas cinta meletup-letup yang dirasakannya.

Karena,
Saya pun seperti itu. Dan saya bahagiaaaaa sekali bila ada teman yang ikut berbahagia untuk saya. Cukup ikut berbahagia.

Yuk, kita sediakan hati untuk para ibu yang sedang mengagumi keajaiban yang dialaminya. Stop judging dan berusaha menyaingi kisahnya. Biarkan mereka mendapatkan momennya. Seperti juga kita, yang pernah menjadi ibu baru.

Salam Ibu Baru!!!

Ps: sepertinya, fase ibu baru ini akan berlangsung selamanya bagi sebagian orang, setidaknya bagi saya. Bagaimana tidak, setiap hari adaaaaaaa saja hal baru hihihi.. dan saya akan selamanya bahagia lagi norak melihat perkembangan Ilan (dan adik-adiknya nanti), setiap saat, setiap waktu, selamanya.

P U T R I,
Selamanya Ibu Baru untuk Ilan

Mudik 2013

Arsip Cerita, Arsip Perjalanan Dylan

Pada postingan persiapan mudik sudah direncanakan kami bertiga akan mudik ke Tasikmalaya menggunakan kereta api. Sebelumnya saya kan bilang juga sudah tenang karena sudah pegang tiket PP. Tapiiiii ngga seru rasanya kalo ngga ada kejadian yang bikin dag dig dug der. Ceritanya tanggal 7 Agustus si Ayah mau nuker tiket ke stasiun. Ealaaaah pagi2 malah dapet sms dari tiket.com mengingatkan tiket kami untuk perjalanan dari Bandung ke Jakarta pada tanggal 7 Agustus! Whattttttt!!! Iya 7 Agustus… langsung heboh saya ngecek bukti pemesanan saya, lemes.. ternyata benar saya salah memasukkan tanggal yang seharusnya tanggal 11 malah tanggal 7.

Udah Jalan Belum

Arsip Cerita, Arsip Ibu

Akhir-akhir ini, pertanyaan “udah jalan belum?” sedang hits banget di telinga saya. Selepas usia Ilan 10 bulan, banyak banget yang nanyain Ilan udah jalan apa belum. Pertanyaan makin bertubi-tubi ketika Ilan berusia 1 tahun. Sampe-sampe eyang dan tantenya Ilan juga kecipratan pertanyaan. Aissssssh.. so annoying maks!

Entahlah saya merasa terganggu karena kesel di kepo-in sama ibu-ibu lain, atau karena dalam hati iri juga karena Ilan tak kunjung jalan. Tapi makin kesini pertanyaannya kok makin dibumbui judging.

(Pra) Mudik 2013

Arsip Cerita

Alhamdulillah, idul fitri tahun ini saya dan keluarga mendapat kesempatan mudik ke Tasikmalaya, tempat kelahiran si Ayah. Lebih tepatnya di desa Cisayong dan Leuwimangun. Eh Cisayong tuh desa atau kecamatan yah?

Jadi ceritanya, saya itu pecinta perjalanan darat menggunakan kereta api. Jauh-jauh hari saya sudah ribut mengenai kemana kami akan merayakan idul fitri. Dan setelah melalui beberapa kali diskusi dan negosiasi, akhirnya diputuskan untuk merayakan idul fitri hari pertama di jakarta dan baru setelah itu mudik ke Tasikmalaya. Uwow, bagaimana saya tidak panik cantik tingkat dewi, keputusan untuk mudik baru diambil 3 hari sebelum ramadhan berakhir.

InspirASI Laktasiku

Arsip Cerita, Arsip Ibu

Ada dua orang wanita penting di kehidupan saya yang jadi inspirASI laktasi saya, Umi dan Mama.

Umi, ibu kandung saya, memutuskan untuk menikah di usia muda dengan Abi. Setelah menikah langsung diboyong Abi ke Jakarta, kota tempat Abi mengabdikan diri sebagai guru. Jadi, Umi ini dulunya anak gadis yang paling dimanja oleh ayahnya. Tentunya berat dong bagi Umi ketika harus hidup mandiri menjadi seorang istri dan jauh dari orang tua.

Perlahan tapi pasti Umi dan Abi dianugerahi keturunan. Ngga tanggung-tanggung, 5 orang anak :P. Ada hal hebat yang harus saya teladani dari Umi, yaitu Umi menyusui semua anaknya , meski kebanyakan hanya sampai 1 tahun karena Umi sudah keburu hamil lagi. Tapi menyusui 5 anak, itu prestasi yang tidak main2. Hal tersebut menjadi pecut yang menyemangati saya untuk menyusui semua anak saya nanti. Aamiiiin.

Pekan ASI se-Dunia 2013

Arsip Cerita, Arsip Ibu

Yuhuuuuu.. ini hari pentingnya ibu menyusui. Dan bukan cuma sehari, tapi seminggu! Widiiiiiiih. Jadi 1-7 Agustus itu diperingati sebagai World Breastfeeding Week (Pekan ASI se-Dunia). Tema World Breastfeeding Week tahun ini adalah ‘BREASTFEEDING SUPPORT: CLOSE TO MOTHERS‘. Semua tentang dukungan bagi ibu menyusui yang diilustrasikan dengan The Five Circles of Support dengan perempuan sebagai pusat lingkaran. Keterangan lebih lanjut bisa ceki-ceki di web resminya www.worldbreastfeedingweek.org.

The Five Circles of Support (credit: http://worldbreastfeedingweek.org)

WHO juga mengeluarkan ilustrasi yang eye catching banget untuk World Breastfeeding Week tahun ini. Gambarnya unik dan sesuai dengan tema yaitu bentuk dukungan yang bisa diberikan oleh orang-orang di sekitar ibu menyusui. Dukungan yang datang dari si ibu sendiri, ayah, keluarga & teman serta rekan kerja di kantor. Ini dia gambarnya…

Cerita Kelahiran Ilan (Part 2)

Arsip Cerita, Arsip Dylan, Arsip Ibu

Ini adalah kelanjutan dari cerita yang ini.

6 Juli 2013
15.00 WIB
Saya masuk ke ruang bersalin tapi semacam di ruang tunggunya dulu (aduh apa sih istilahnya lupa). Sebelumnya dilakukan CTG untuk melihat denyut jantung janin. Alhamdulillah denyut jantung Dipa baik dan sudah ada kontraksi teratur tetapi masih cukup jauh jaraknya (lupa juga -__-!). Saya juga ganti pakai pakaian bersalin, semacam baju operasi gitu. Tapi karena saya dijadwalkan induksinya malam jam 9 saat itu saya ngeyel masih pakai pakaian biasa dan ngga mau ngelepas semua pakaian saya. Dingin juga sih kalo cuma make selembar baju operasi itu (gatau juga namanya).

16.00 WIB
Tiba-tiba salah satu perawat (atau bidan) mendatangi saya

Seandainya Bisa Diulang Kembali

Arsip Cerita, Arsip Ibu

Hamil itu memang pengalaman yang indah banget buat saya. Kalau ditanya kendalanya apa, kadang butuh beberapa saat untuk mikir, karena memang yang paling diinget yang indah-indah saja. Setelah baca cerita ini, saya jadi terinspirasi untuk menuliskan hal serupa. Sepertinya perlu dan menjadi pengingat saya dalam menjalani kehamilan adiknya Ilan nanti (aamiiin) dan semoga dapat bermanfaat untuk bumil dan calon bumil lainnya. Ya, saya akan membagi hal-hal apa saja yang saya sesali karena saya lakukan atau tidak lakukan selama Ilan di dalam rahim saya dan saat hari-hari pertama setelah kelahiran Ilan.