Sebuah Fase: Ibu Baru

Arsip Cerita, Arsip Ibu

 

Pernah lihat di sosmed seorang ibu bersliweran update status dan celoteh tentang anaknya?

Atau,

Foto-foto anaknya dengan berbagai pose menggemaskan? Sedang tertawa, sedang bisa ini, sedang melakukan itu, bahkan saat anaknya sedang tidak melakukan apapun.

Atau,

Pernah lihat seorang ibu muda bercerita panjang lebar dengan mendetail dan berbinar-binar tentang buah hatinya. Semua yang terhebat.

Hmm.. kalau belum pernah lihat, boleh lihat facebook saya, timeline twitter saya dan tanyakan pada teman-teman dekat saya… πŸ˜€

Karena ya! Yes!!!
Saya sedang (pernah) melewati sebuah fase yang bernama: Ibu Baru.

Sebelum saya punya permata hati bernama Ilan, lebih dari sekali, ketika saya membaca fb teman yang sudah punya buah hati dan bercerita panjang lebar tentang buah hatinya kadang terlintas pikiran yang keji lalu mbatin: “aduuuuh cerita anak melulu” atau yang lebih kejam “ih norak deh”. Muahahahhaha.

Yaaaaak! Akhirnya saya termakan batinan-batinan saya sendiri.

Setelah saya resapi dan amati, fenomena itu adalah sebuah sebuah fase. Awalnya saya sebut sebagai sindrom. Namun saya rasa fase lebih tepat. Fase artinya pasti akan dilewati oleh setiap perempuan yang menjadi ibu. Ada yg melewati fase ini dengan elegan, kalem dan berkelas. Tapi tidak sedikit yang melewati fase ini dengan gegap gempita, berisik dan norak. Dan saya adalah contoh untuk jenis kedua.

Fase ibu baru ini akan diawali dengan fase ibu hamil. Saya, sebagai contoh yang norak, saat mulai hamil, saya rajin browsing-browsing tentang kehamilan lalu membagi kepada teman-teman di sekitar (berasa paling tahu hahaha). Bercerita tentang apa yang saya rasakan tanpa diminta. Membagi cerita setiap kali habis kontrol ke dsog. Berceloteh dengan riang gembira tentang rencana melahirkan yang ideal dan masa kini #krik. Melibatkan teman-teman di grup whatsapp dalam pemilihan nama anak. Hahaha.. norak dan sok iye sekaliiiii.

Setelah Ilan lahir, fase ibu baru pun dimulai. Setiap hari saya selalu mengabadikan keseharian Ilan dalam foto, dalam status fb, dalam blog, dalam segala hal. Mengabarkan hari ini Ilan begini, Ilan begitu, Ilan bisa ini, Ilan bisa itu. Kalaupun ngga bicara (menulis) tentang anak, saya akan membahas tentang menyusui, tentang kegalauan saya kalo ASIP terbuang, tentang apa saja yang ada kaitannya dengan motherhood yang saya alami. Norak dan sok iye.

Saya juga aktif hang out di forum emak-emak muda. Ikut seminar ini itu. Piawai berteori tentang parenting yang ideal dan modern (Hahaha… saya geli sendiri membayangkan tingkah laku saya). Saya hafal di luar kepala siapa-siapa dokter anak yang sedang hits. Jenis makanan apa yang paling oke buat Ilan. Teori-teori apa yang paling keren buat Ilan. Padahal sih prakteknya amburadul πŸ˜› .

But hey, sekali lagi, itu adalah fase, yang saya (pilih) lewati dengan bahagia, norak dan sok iye.

Sekarang saya tidak lagi mbatin yang aneh-aneh saat membaca tulisan teman (yang melulu) tentang anaknya. Saya tidak lagi risih mendengarkan rekan-rekan saya menikmati indah dan bahagianya menjadi ibu baru. Saya ikut menyimak bila ada teman yang berbagi tentang ilmu per-emak-an yang baru dipelajarinya. Saya membuka hati untuk ibu baru.

Dulu, ketika ada teman saya yang sedang mengalami fase ibu baru bercerita berapi-api tentang anaknya, saya akan balas bercerita berkilat-kilat tentang Ilan. Hahaha.. ibu baru bertemu ibu baru. Sangat dekat kepada jurang persaingan. Malah kadang nyamber tanpa diminta πŸ˜‰ . Contoh:

Teman update status: “Alhamdulillah, si A sudah bisa tengkurep”

Saya nyamber komen :
“Ilan juga, umur segitu udah bisa tengkurep”

πŸ˜€

Wow! Perkembangan jaman ya mak. Mungkin jaman dulu menjadi ibu lebih ayem karena ngga usah rempong update di sosmed hihihi.

Tapi itu dulu.

Sekarang, saya akan ikut excited dan berbinar-binar mendengarkan cerita teman-teman saya. Saya ikut bahagia. Ikut tertawa, ikut merasakan. Berkomentar bila perlu dan diminta. Saya menahan diri tidak berusaha menyaingi kisahnya dengan kisah Ilan. Sebab saya tahu, yang mereka (dan saya) butuhkan adalah telinga berhati.Β  Ibu baru butuh tempat berbagi tentang kebahagiaan yang tidak terkira besarnya. Ibu baru perlu melepaskan energi, atas cinta meletup-letup yang dirasakannya.

Karena,
Saya pun seperti itu. Dan saya bahagiaaaaa sekali bila ada teman yang ikut berbahagia untuk saya. Cukup ikut berbahagia.

Yuk, kita sediakan hati untuk para ibu yang sedang mengagumi keajaiban yang dialaminya. Stop judging dan berusaha menyaingi kisahnya. Biarkan mereka mendapatkan momennya. Seperti juga kita, yang pernah menjadi ibu baru.

Salam Ibu Baru!!!

Ps: sepertinya, fase ibu baru ini akan berlangsung selamanya bagi sebagian orang, setidaknya bagi saya. Bagaimana tidak, setiap hari adaaaaaaa saja hal baru hihihi.. dan saya akan selamanya bahagia lagi norak melihat perkembangan Ilan (dan adik-adiknya nanti), setiap saat, setiap waktu, selamanya.

P U T R I,
Selamanya Ibu Baru untuk Ilan

Advertisement

Dear Rumah Ramah Rubella!

Arsip Lain-Lain

Dear mami Ubii dan penghuni Rumah Ramah Rubella (RRR), kalian semua luar biasa!

Tulisan berikut ini, adalah janji saya pada salah satu sahabat kuliah saya yang juga anggota RRR. Saya janji akan ikutan GA #IdeUntukRumahRamahRubella. Tapiiiiii ngendon di draft berabad-abad sampai lewatin deadline 13 Februari 2013. Alhamdulillah rupanya diperpanjang, walauΒ  misalnya udah kelewat pun, tulisan tetap saja mau saya publish juga hahaha *maksa. Semoga apa yang saya tulis ini bisa bermanfaat untuk RRR. Aamiiin.

Awal perkenalan saya dengan TORCH adalah ketika salah satu rekan kerja saya bercerita bahwa beliau ini sulit mendapatkan keturunan yang disebabkan karena toxoplasma. Saat itu saya sempat mencari tahu tentang toxo, tetapi hanya sebatas angin lalu saja.

Sampai pada 2012, salah satu sahabat saya semasa kuliah menceritakan kisah tentang putranya yang mengalami Congenital Rubella Syndrome (CRS) dan seperti biasa sayapun browsing. Subhanallah. Saya takjub dan terhenyak. Sebegitu berbahayanya, dan selama ini saya kok tidak aware???

Beberapa waktu berlalu setelahnya saya semakin sering melahap berbagai informasi tentang CRS. Saya berdiskusi denga DSA di kantor. Dan saya semakin tertegun. Ya Allah, rubella itu termasuk kategori vaccine preventable diseases. Artinya ada pencegahan yang bisa diupayakan, salah satunya dengan vaksin MMR. Saya sibuk bertanya-tanya dalam hati. Kenapa sih DSOG tidak mewajibkan semua pasiennya skrining TORCH? Kenapa tidak diwajibkan saja vaksin MMR sebelum menikah? Kenapa sih informasi tersebut seperti tersembunyi dan tertutup rapat???

Ok, saya jadi teringat dengan kisah thalassemia yang saya alami. Berbeda dengan rubella, thalassemia adalah kelainan genetik yang diturunkan. Pencegahannya satu-satunya adalah dengan mengurangi perkawinan sesama thaller (sebutan untuk penderita thalasemia). Saya didiagnosa membawa gen thalasemia saat usia kandungan 6 bulan :(( . Saat itu saya merasa sangat odong-odong dan hati kecil saya sibuk bertanya… kenapa sih informasi skrining thalasemia tidak digalakkan??? Atau sayanya yang kudet -_-‘.

Eniwei, maaf yaaaa saya tidak akan terlalu membahas TORCH. Sila search di google, banyak loh yang bisa dipelajari. Errr sesungguhnya saya juga minder mau berbicara tentang TORCH didepan keluarga besar RRR yang semua pandai dan piawai dalam dunia perTORCHan *alesan.

Dear mami Ubii dan penghuni RRR yang keren dan hebat,

Saya bersyukur berkenalan dengan kalian semua, walau hanya sebatas silent reader di RRR πŸ™‚ . Dari RRR saya banyak sekali belajar tentang rasa syukur, tentang betapa berartinya perkembangan anak kita walau hanya sedikit kemajuan kecil. Saya sering mewek lho kalau baca timeline RRR. Touching banget deh. Jangankan baca, saat saya bercerita ulang ke suami ataupun teman, saya juga berkaca-kaca *penghayatan maksimal. Terima kasih yaaaa, sudah menjadi saluran berkah-Nya. Berbagi ilmu, kisah dan menebar inspirasi.

Nah, sebagai salah satu bentuk syukur saya, saya ingin menyumbangkan beberapa ide untuk pengembangan RRR… yuuuuk berangkaaaaat :

1. Mengganti nama RRR
Ok, mungkin ini agak gimanaaaa gitu.. tapi bukan karena RRR itu kurang kece atau gimana yaaaa.. nope. Nama RRR itu udah catchy banget, easy listening, unik, pokoknya hebring deh. Tapiiiiii, baru menonjolkan salah satu dari anggota TORCH saja. Padahal, sebenarnya RRR merupakan komunitas peduli TORCH. Apabila namanya lebih general dan bisa mencakup semuanya, mungkin anggotanya bisa lebih banyak dan semakin besar. Just my 2 cents.

2. Menjadikan RRR sebagai organisasi resmi
Ini berkaitan dengan tulisan saya di atas. Ya, betapa kurangnya informasi terkait TORCH di masyarakat. RRR bisa menjadi pelopor edukasi TORCH di Indonesia. Kita bisa mencontoh AIMI-ASI. Mungkin bentuk organisasi RRR bisa asosiasi, persatuan atau perkumpulan. Seperti yang saya baca tentang sejarah AIMI, awalnya mereka itu adalah sekumpulan orang yang tergabung di milis, kemudian memutuskan untuk membentuk organisasi yang kemudian disahkan didepan notaris dengan kas awal organisasi dari hasil patungan pendirinya sebanyak 22 orang masing-masing Rp.500.000. Lihat betapa besar AIMI sekarang, dan dengan anggota yang demikian banyak mulai diperhitungkan suaranya oleh stakeholder terkait seperti Kementerian Kesehatan. Organisasi ini nantinya juga akan lebih mudah bekerjasama dengan pihak pemerintah ataupun swasta dan bisa mendapatkan sponsorship yang legal karena akan mempunyai NPWP organisasi. Terkait pembentukan organisasi ini nantinya bisa didiskusikan lebih lanjut dengan praktisi hukum terlebih dahulu yaaaa… karena pemahaman saya tentang organisasi hanya sesederhana itu hehehe.. takutnya salah kaprah diriku mak.

Mengenai komunitas orang tua untuk anak-anak istimewa RRR, kita bisa mencontoh Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassaemia Indonesia (POPTI). POPTI ini sudah terorganisir dengan baik, ada perwakilan di setiap daerah tertentu. Untuk melihat sejarah berdirinya POPTI, bisa ceki-ceki di sini yaaaaa.

Oiya, bila nanti RRR dibentuk menjadi organisasi yang resmi, RRR bisa mengajak para pakar terkait untuk ambil bagian menjadi dewan pembina. Selain itu, RRR juga bisa juga lho merekrut public figure yang dinilai cucok menjadi duta RRR. Hal ini guna mempercepat RRR menjadi organisasi yang lebih dikenal dan mempunyai banyak anggota.

3. Mengadakan Acara Tahunan RRR (misal Ultah, Rapat Umum Anggota)
Acaranya ini harus dibuat besar-besaran 40 hari 40 malam kalau perlu hehe πŸ˜€ . Eniwei, RRR kapan sih ultahnya? kan asik tuh kalau hari ultah RRR dirayakan dengan kegiatan yang super bermanfaat. Apabila RRR berubah menjadi organisasi resmi, tentu diperlukan Rapat Umum Anggota (RUA) setiap tahunnya. Nah, bisa juga kan digunakan untuk sekalian bikin acara yang besar-besaran. Adapun beberapa ide kegiatan yang bisa dimasukkan yaitu sebagai berikut :

  • RUA yang mana berarti berkumpulnya semua anggota RRR. Wah gathering akbar nih!
  • Potong tumpeng dalam rangka ultah RRR
  • Seminar awam tentang TORCH. Kenapa seminar awam? karena lebih ditargetkan kepada masyarakat luas yang mungkin belum terpapar informasi terkait TORCH
  • Skrining TORCH gratis
  • Vaksinasi MMR gratis
  • Pameran dan lelang karya anak-anak istimewa RRR misalnya gambar, tulisan ataupun karya lainnya. Kegiatan ini bisa untuk ajang charity juga untuk anak-anak istimewa TORCH yang membutuhkan bantuan dana perawatan
  • Lomba menulis tentang TORCH. Bisa diadakan untuk anak sekolah ataupun mahasiswa, bagaimanapun, melibatkan generasi muda untuk diseminasi informasi terkait TORCH dapat meningkatkan awareness masyarakat Indonesia di masa yang akan datang. Lomba menulis ini luas sekali lho. Untuk mahasiswa bisa dibuat serius, bekerjasama dengan institusi pendidikan dan tulisannya harus karya tulis ilmiah. Untuk anak sekolah. bisa dimulai dengan 140 karakter πŸ˜€ misalnya lomba buat slogan yang berhubungan dengan TORCH via twitter. Yang terpenting, kita fokus pada upaya promotif TORCH sedini mungkin.

Terus, dananya dari mannnaaaaaaa???

Nah, dananya bisa didapat dari mengajukan proposal sponsorship ke perusahaan terkait seperti laboratorium klinik (misal: Prodia) untuk kerjasama skrining TORCH (kalau tidak gratis, ya setidaknya dapat discount), RS dan RSIA setempat (biasanya mereka perlu juga untuk promosi RS), perusahaan produsen vaksin (biofarma, sanofi pasteur) untuk kerjasama penyediaan vaksinnya, Bank (pernah baca POPTI bekerjasama dengan Bank dalam hal skrining thalassaemia gratis), Pemerintah daerah setempat, Dinas Kesehatan, Kementrian Kesehatan. Ya, saya tahu, berhubungan dengan instansi pemerintah memang sulit dan berbelit. Hanya saja, perlu juga diingat bahwa mereka adalah pengambil kebijakan. Jadi, kalaupun tidak bisa membantu dalam hal pendanaan, setidaknya dengan melibatkan mereka kita bisa terus mendesak untuk dibantu dalam hal kebijakan.

Kegiatan-kegiatan di atas tidak harus dijadikan satu kegiatan besar kok. Bisa juga dibuat satu per satu mana yang lebih dulu dan paling mungkin dikerjakan. Misalnya untuk skrining TORCH. Belajar dari POPTI, sepertinya mereka bekerja sama dengan Prodia karena bila ada pasangan yang ingin melakukan skrining TORCH dan mendapat rekomendasi dari POPTI, bisa dapat discount yang lumayan. Jadi kan programnya bisa berjalan terus sepanjang tahun tanpa perlu ada event khusus.

4. Membuat Media Promotif dan Edukatif TORCH
Mengingat masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang TORCH, RRR bisa menjadi agen promotor TORCH melalui media cetak dan elektronik. Media cetak disini maksudnya adalah melalui publikasi tulisan di koran/majalah dan media informasi cetak berupa poster, leaflet dan stiker. Sedangkan media elektronik dapat dilakukan melalui internet. Kita mulai dari mana? dari yang gratis dulu dong tentunyah πŸ˜€ .

Ide gratisan saya untuk media promotif dan edukatif TORCH adalah sebagai berkut:

  • Membuat tulisan, kemudian diajukan untuk dimuat di koran dan majalah. Saya kira di RRR banyak penulis-penulis handal πŸ˜‰
  • Membuat website gratisan. Biarpun gratisan, kalo digarap dengan maksimal hasilnya pasti yahud! Isinya tentang informasi seputar TORCH, tentang RRR, tentang kisah inspiratif penghuni RRR and many more.
  • Setiap minggu, RRR membuat gambar digital yang beris tentang TORCH. Bisa gambar ilustrasi, ataupun tulisan-tulisan edukatif. Lalu biarkan social media bekerja. Mengingat banyaknya pengguna social media di Indonesia, pasti gambar tersebut akan dengan mudah menyebar dan informasi tentang TORCH pun akan meluas. Lakukan rutin setiap minggu, err kalau terlalu berat, bisa juga sebulan sekali. Saya sudah coba browsing, dan memang jaraaaaaang sekali mak gambar-gambar edukatif tentang TORCH. Ini contohnya:
  • Selain gambar digital, RRR juga bisa membuat video edukatif yang diupload ke youtube.
  • Membuat buku yang berisi kisah nyata inspiratif dari penghuni RRR, keuntungan dari penjualan buku dapat digunakan untuk pengembangan RRR ataupun untuk donasi bagi penghuni RRR yang membutuhkan. Saya kira, untuk langkah awal coba self publishing dulu lebih baik, agar keuntungan bisa maksimal didapatkan oleh RRR.

Sedangkan ide saya untuk media promotif dan edukatif TORCH yang berbayar adalah sebagai berkut:

  • Membuat leaflet, poster dan stiker edukatif. Ini bisa jadi gratis juga bila bekerja sama dengan pihak terkait seperti RS/RSIA dan produsen vaksin. Media tersebut bisa diletakkan di RS/RSIA, puskesmas, RB dan public places lainnya yang memungknkan.
  • Membuat website profesional untuk portfolio RRR. Tujuannya sih kalau RRR semakin profesional, maka akan lebih mudah menggaet sponsor dan donatur.

Dear mami Ubii dan penghuni RRR yang mengagumkan,

Sekian dulu ide dari saya, semoga bermanfaat untuk pengembangan RRR ya mak. Yuk kita mulai dari yang termudah: menyebarkan informasi tentang TORCH ke masyarakat. Menyampaikan kebenaran itu pahala lho mak. Bahkan menurut keyakinan yang saya anut, setiap ilmu bermanfaat yang disampakan ke orang lain, maka pahalanya akan terus mengalir walau nyawa sudah tidak dikandung badan. Perjuangan kita hari ini, adalah investasi untuk kehidupan anak-anak kita di masa yang akan datang.

Terakhiiiir, saya ingin menyampaikan hormat saya untuk penghuni RRR, untuk orang tua terpilih dari anak-anak istimewa RRR. Saya menghormati kalian semua, saya mengagumi setiap kisah perjuangan kalian yang sangat luar biasa. Titip peluk dan cium untuk anak-anak surga RRR ya mak!

“Tulisan ini turut serta dalam pengembangan Rumah Ramah Rubella”

996066_10200969519429578_761686132_n

Dylan : 18-19 Bulan

Arsip Dylan

Ini bulannya menggambar. Ilan sibuk corat-coret sana sini dan nenteng buku+pensil kemana-mana. Siapapun yang terpilih ditodong gambar oleh Ilan ngga boleh menolak. Gambar yang Ilan suka awalnya mobil dan kendaraan lain yang punya sepeda. Tapi lama-lama Ilan menantang minta digambarin macem-macem. Huhuhuhu.. kalo gambarnya jelek, Ilan minta diulangin T_T #OrtuMenggambarAnakMenilai. Kalo udah apal gambarnya suka ditebak duluan sebelum selesai. Misal gambar jam, karena Ilan udah apal, baru gambar buletan aja udah rusuh nunjuk-nunjuk sambil teriak “djam djam djam!” *ketebak. Kemampuan bahasa Ilan emang lumayan signifikan meningkat di bulan ini. Mulai nambah kosakata meski pelafalannya masih belum fasih. Ibu hepi banget deh Lan liat progress bahasa Ilan, walaupun Ilan kalo nyebutin ‘Ibu’ jadi ‘Ibak’ dan bikin Ibu tengsin karena manggilnya “baaaak, baaaaak” huwaaaaah, nanti Ibu disangka mbak Lan.

image

Dylan : 17-18 Bulan

Arsip Dylan

Children see children do. Ilan sekarang meniru semua. Haduh harus memberi contoh yang baik dan benar :D. Sempet syok pas liat Ilan numpahin air, trus ngambil tisu abis itu ngelap tumpahannya. Nah masalahnya dia ngelap pake kaki, kusek kusek kusek, trus membuang tisu basah ke tong sampah. Mananya yang bikin syok? Ya itu bagian ngelap pake kaki :D. Entah saya atau eyangnya yang kasih contoh, saya juga sering begitu.. ngga nyangka ditiru juga. Sekarang saya jadi grogi kalo mau ngelap, kebayang-bayang itu terus πŸ˜€ *trauma.

image

kelakuan πŸ˜€

Dylan : 15-16 Bulan

Arsip Dylan

Setelah sebelumnya Ilan dinyatakan bisa jalan (:D), selanjutnya adalah melancarkan jalannya. Tiap saat jalaaaaaaan terus. Ya maklum lagi norak-noraknya hahaha.. Nah, kebisaan baru terkait motorik kasar adalah berdiri sendiri dari duduk tanpa pegangan. Oke, kebanyakan anak memang bangun berdiri sendiri dulu baru kemudian jalan. Tapi kalo Ilan jalan dulu baru lancar berdiri sendiri.

image

Ilan manjat perosotan di Kampoeng Kopi Banaran

image

Ilan melongo

Bulan ini yang progressnya keliatan menonjol adalah kemampuan bahasa Ilan.

Dylan : 14-15 Bulan

Arsip Dylan

Laporan paling heiits bulan ini adalaaaaah: Ilan sudah bisa jalan! Yeaaaay! *tepuk tangan*. Memang sih, masih belum lancar benar. Tapiiiiiiii much better than before. Melewati semua tahap demi tahap, menikmati masa-masa titah, meluaskan hati saat banyak orang mempertanyakan kenapa Ilan belum jalan, yak! Finally, semua berbuah manis ya Lan.

image

Yeaaaaaay Ilan udah bisa jalan!!!!

image

Ilan belajar jalan di Candi Borobudur

Dylan : 13-14 Bulan

Arsip Suka-Suka

Ini bulannya titah dan coba-coba jalan. Alhamdulillah, Ilan mulai mau berjalan 3-4 langkah sebelum akhirnya pegangan lagi. Lucunya, Ilan nemuin alat bantu belajar jalannya, yaitu galon aqua :D. Keliling rumah sambil dorong galon hahaha.. seneng banget loh Ilan. Nanti sesekali diparkir dulu galonnya kemudian hap hap hap 3 langkah jalan ke tepi tempat tidur trus naik dan istirahat dulu. Selalu suka manggil2 ayah.. iiiih.. ibu juga dipanggil dong Lan, masa kalo mau ene aja. Ilan juga berhasil melewati perjalanan jauh jabar-jakarta-jatim-jateng-jakarta berturut-turut. Thanks to breastmilk yang bikin Ilan punya daya tahan oke. Giginya tumbuh lagiiiii, jadi sekarang udah ada 7. Ilan yang sebelumnya suka pilih pakaian yang mau dipakai, sekarang malah udah punya beberapa baju favorit. Maunya ituuuuu terus. Baju mobil, baju gajah, baju singa.. pokoknya sekarang setiap mau pakai baju Ilan tanya dulu itu baju apa namanya -_-. Makannya juga mulai membaik, alhamdulillah wa syukurillah *sujud syukur*, tapiiiiii makannya harus sambil titah atau nonton upin ipin dan boboiboy di disney chanel. Makin pintar dan sehat selalu ya Ilaaan.

Menyusui itu praktis!

Arsip Suka-Suka

Salah satu keunggulan menyusui adalah: praktis. Ngga ribet, ngga rempong. Saat Ilan masih bayi kecil, saya bisa menyusui dimanapun kapanpun hanya dengan bermodalkan apron (penutup menyusui). Lama kelamaan Ilan makin pinter dan ngga mau lagi menyusu ditutup apron, apronnya disibak-sibak sambil cekikikan dikira sedang main petak umpet -_-. Beruntung saya berkerudung hwehehe.. sekarang, saya tetap menyusui Ilan kapanpun di manapun hanya bermodalkan kain gendongan. Soalnya kalau ngga digendong Ilan heboh nyusunya, bisa dengan pose-pose mencengangkan :D. Ada juga beberapa ibu yang memilih untuk memberikan ASIP saja saat berpergian. Aiiiiih kalo saya sih teteup dong milih yang praktis, menyusui langsung saja tanpa perlu bawa sendok, botol dan kawan-kawannya. Jadi saat berpergian bawaan saya hanya baju ganti Ilan dan makanan Ilan plus sebotol air putih. So simple right? πŸ™‚

image

menyusui di Mekarsari

 

image

Menyusui di kaki gunung galunggung

Tips menyusui di tempat umum:

  1. Siapkan nursing apron (penutup menyusui)
  2. Pilih tempat yang nyaman, enak sih kalau semua tempat ada nursing room. Tapi kalau ngga ada pilih tempat yang nyaman untuk Ibu dan Bayi. Kalau saya yang nyaman adalah sambil digendong dan jalan-jalan :D. Kalau sambil duduk kliatan mencolok sekali haha..
  3. Sebisa mungkin saat berpergian gunakan pakaian yang ergonomis untuk menyusui, misalnya berkancing depan. Dan tentu saja bra menyusui juga biar ngga ribet buka-bukanya.

Semangat ngASI(p)!

Mudik 2013

Arsip Cerita, Arsip Perjalanan Dylan

Pada postingan persiapan mudik sudah direncanakan kami bertiga akan mudik ke Tasikmalaya menggunakan kereta api. Sebelumnya saya kan bilang juga sudah tenang karena sudah pegang tiket PP. Tapiiiii ngga seru rasanya kalo ngga ada kejadian yang bikin dag dig dug der. Ceritanya tanggal 7 Agustus si Ayah mau nuker tiket ke stasiun. Ealaaaah pagi2 malah dapet sms dari tiket.com mengingatkan tiket kami untuk perjalanan dari Bandung ke Jakarta pada tanggal 7 Agustus! Whattttttt!!! Iya 7 Agustus… langsung heboh saya ngecek bukti pemesanan saya, lemes.. ternyata benar saya salah memasukkan tanggal yang seharusnya tanggal 11 malah tanggal 7.