Baby comes, baby blues..

Arsip Cerita, Arsip Ibu, Arsip Informasi

Saat usia kandungan saya mulai besar, salah satu sahabat saya di kantor bilang : “Put siap2 lo, nanti klo abis lahiran, lo tuh bisa kayak blank gitu pikirannya, kadang sedih, kadang kesel, kadang seneng, istilahnya syndrom baby blues”. Whaaaat?? Saya baru denger nih istilah baby blues. Seperti biasa, browsing lah saya. Seneng deh akses informasi semakin terbuka, kebayang banget kalo tanpa internet masa iya kudu browsing halaman demi halaman di buku, itu juga kalo bukunya ada :P.
Dari hasil baca sana sini, penyebab baby blues ini bermacam-macam, kebanyakan sih bilang karena pengaruh hormon. Hormon apakah itu, saya lupa (PR nih nanti saya update). Penjelasannya kurang lebih sama dengan sindrom PMS hehe.. jadi perasaan si ibu baru ini jadi agak labil. Ketidaksiapan menghadapi perubahan besar menjadi faktor pemicunya. Biasanya sih disebabkan karena merasa canggung mengurus bayi hingga merasa gagal, merasa tubuh berubah khawatir suami berpaling (ehm) dan sampai merasa kehidupannya hilang, misal yang biasa nonton jadi ngga bisa (eh cucol). Tingkat ‘parah’nya baby blues ini berbeda-beda tiap orang. Ada lho yang sampai memakan korban jiwa (hiyyyyy naudzubillahi min dzalik). Nah, belajar mencari tahu tentang baby blues ini kabarnya dapat membantu untuk mencegah juga.
Lalu, apakah saya berhasil menghindari baby blues? Jawabannya: tidak. Ya, meski malu, harus saya akui akhirnya saya mengalami baby blues. Dimulai dari hari pertama membawa pulang Ilan ke rumah, saya blank, bingung… selama hamil saya dan suami sibuk berkutat dengan hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan. Kesimpulan saya, seharusnya saat berencana hamil kita belajar tentang kehamilan, nah saat hamil ya harusnya belajar tentang melahirkan dan cara pengurusan bayi, termasuk menyusui. Ya, menyusui adalah tantangan yang bagi saya beraaaat sekali. Karena saya kurang terpapar informasi tentang menyusui. Saya menyesal sekali saat itu. Saya bingung bagaimana memposisikan Ilan saat menyusu, kemudian saya juga kecolongan info tentang breast care semasa kehamilan sehingga ASI baru keluar di hari ke-3. Puting saya lecet, setiap Ilan menyusu rasanya seperti disayat2 silet. Ilan menangis terus, mungkin karena haus dan lelah menghisap tetapi hasil tidak memuaskan. Jahitan pasca melahirkan yang nyut2an, ditambah stress melihat bentuk badan di cermin. Puncaknya Ilan kuning. Bilirubinnya 14. Setiap hari yang saya lakukan hanya mewek, nangis, mewek, nangis.. saya merasa gagal dan tersudut. Belum lagi, badan ini rasanya mau rontok. Tidur tidak lelap, karena Ilan kerap terbangun. Itupun sebetulnya beban saya dan suami tidak terlalu berat karena ada Umi saya membantu. Sampai suatu malam saya melakukan hal yang terus saya sesali hingga sekarang. Saya menangis saat Ilan sedang menyusu. Puting terasa sangat sakit, ditambah lagi sakitnya jahitan yang saya dapat juga masih nyeri. Saat saya menangis, suami mencoba menenangkan, tidak lama kemudian Ilan juga ikut menangis, bener2 desperate moment deh. Ilan akhirnya tertidur mungkin karena lelah, menatap Ilan yang tidur saya menangis lagi. Saya menyesal karena banyaknya ketidaktahuan saya, justru merugikan putra saya. Hari-hari terasa kacau. Jauh dari bayangan saya saat hamil. Menggendong Ilan saja saya dan suami masih harus belajar dari nol. Sekali lagi saya masih sangat beruntung Umi saya mendampingi. Waduh ngga bisa bayangin kalau cuma berdua.
Berapa lama saya mengalami baby blues? Kalau saya tidak salah ingat, sampai hampir 3 minggu. Itu 3 minggu yang paling galau dalam hidup saya haha..
Bagaimana cara mengatasinya? Sebisa mungkin saya tidak sendirian, saya mulai belajar cuek melihat rumah berantakan, karena tertekan melihat rumah kotor saja saya bisa menangis meratapi. Yang jelas, sharing dengan suami dan Umi sangat membantu saya melewati perubahan besar ini. Pada kasus yang saya alami, ada satu kejadian khusus yang benar2 membuat baby blues saya menghilang sama sekali. Jadi pada hari itu saya ditinggal berdua dengan Ilan, Suami ke kantor, Umi ada keperluan. Saya sudah mulai pintar saat itu. Tapi ternyata, setelah menyusu Ilan menangis heboh. Biasanya dia diam saat digendong di pundak. Cuma masalahnya, saat itu saya belum bisa menggendong dia di pundak. Terpaksa saya coba, eh yang ada Ilan hampir kecengklak (aduh bahasanya..). Langsung saya peluk, seperti biasa langsung dong mewek dan nangis. Di luar dugaan Ilan tersenyum, malah mengeluarkan sedikit suara, jadi semi2 tertawa. Sayapun ikut tertawa. Nah, dari situ saya mulai sadar, bukan cuma saya yang sedang belajar, Ilan juga sedang belajar saat ini. Ilan berusaha beradaptasi dengan hal2 baru di luar rahim, hal yang asing baginya. Masa sih saya yang seharusnya jadi tempat dia bergantung, malah melemah. Itu senyum pertama Ilan, dan dia bagi hanya untuk saya, ya senyumnya itu ditujukan pada saya. Melihat senyumnya percaya diri saya tumbuh lagi. Tidak ada ibu yang gagal, yang gagal itu yang tidak mau belajar. Sejak hari itu, baby blues saya hilang sama sekali yeaaaayyyy.
Setelah lulus dari pengalaman baby blues yang penuh dengan linangan air mata hehe.. sedikit yang bisa saya ambil dan saya bagi dari pengalaman saya:

  1. Kenapa terjadi baby blues? Kalau pendapat saya, karena perubahan dan ketidaksiapan. Ya, dianugerahi Ilan itu perubahan besar untuk saya dan suami. Bahkan untuk keluarga besar kami. Nah, seharusnya menghadapi “perang” besar, persiapan juga kudu matang dong. Saya pikir cukup menyiapkan baju2 lucu dan pernak pernik lainnya. Ternyata salah besar. Cari sebanyak2nya info tentang perawatan anak, berkunjung ke klinik laktasi, belajar menggendong, memandikan. Cari tahu saat hamil, insya Allah lebih siap.
  2. Jangan pendam sendiri. Bicara dengan suami, orang tua, adik ataupun sahabat bisa mengurangi tingkat keparahan baby blues. Terutama kepada suami. Bila perlu ingatkan sejak masih hamil tentang kemungkinan terjadinya baby blues. Karena saat si ibu mengalami baby blues, suamilah orang yang paling berpotensi membantu pemulihannya, dan tentunya berpotensi juga menambah parah.
  3. Belajar menghargai diri sendiri. Bukan cuma kita yang kesulitan menghadapi bayi baru lahir. Banyak lho di luar sana yang ‘senasib seperjuangan’ jadi jangan merasa gagal.
  4. Sering2 menatap bayi kita.. syukuri keberadaannya.. dan ingat, kepada ibunya lah bayi akan menggantungkan hidup. Jadi, jangan lemah.
  5. Jangan ragu minta bantuan orang lain.
  6. Dan yang terakhir, perlu juga lho menyenangkan diri sendiri. Kalau saya sih saat itu, setiap minggu panggil ibu pijat ke rumah. Lumayan refresh kalau habis dipijat.

Yap semoga bermanfaat. Ya, minimal bermanfaat buat saya mengahadapi adiknya Ilan nanti (eng ing eeeeeng)..

Advertisement

One thought on “Baby comes, baby blues..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s